Khamis, 19 Mac 2009

Warqah buatmu wahai perindu syahid

Kongsi

Warqah buatmu wahai perindu syahid

Ana mulakan warqah ini dgn Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.semoga coretan ini dipandang oleh Allah sbg ibadah kpdNya.Kiriman doa & rindu buat jiwa2 yang mencintai Allah,semoga sentiasa berada di dalam Rahmat & kasih-sayangNya.Marilah sama2 kita memperkasakan lagi hubungan dgn hati dgn Allah yang menjadi tunjang utama serta kekuatan utk mengembalikan keagungan islam.Semoga kita diberi keistimewaan utk membawa risalah Rasulullah SAW.

Saudara sefikrah,

Alhamdulillah Allah mengurniakan kekuatan hati dan qudrat utk mencoretkan warqah ini.Sebelum ana memanjangkan warqah ini marilah kita mentajdidkan niat dlm mendapat rahululjadid kerana hati kita selalu berubah2. Sesungguhnya dalam ruang yang terbatas ini mari kita berpesan-pesan dengan kesabaran dan kebenaran, demi untuk kita mengutip bekal di sepanjang jalan yang sedang kita lalui. Fahamilah bahawa kita amat perlu kepada bekalan, apatah lagi dalam mengharungi perjalanan yang panjang dan persiapan yang cukup. Marilah kita berusaha mengulang kembali peta kehidupan para sahabat nabi saw dalam diri kita, para pembawa bendera dakwah. Sesungguhnya mereka telah berjaya merealisasikan tugas utama mereka iaitu memakmurkan bumi dan menjadi khilafah di dalamnya, Mari kita kembali menghayati seerah para sahabat Rasulullah saw. Ternyata para sahabat saw sentiasa mencari posisi/kedudukan mereka di sisi Allah, sentiasa mencari erti tujuan hidup mereka, dan apa yang mereka ingin wujudkan dari nilai-nilai Islam dalam jiwa mereka sebelum mereka berusaha melihatnya secara nyata terwujud di muka bumi; untuk bergerak dengan dakwah, seperti Al-Quran berjalan ditengah manusia pada setiap tempat

Dan hal ini, kita tidak mampu mengikut jejak langkah mereka kecuali jika jiwa kita telahhidup, kuat dan penuh semangat, memiliki hati yang baru dan bersih, mampumenggerakkan perasaan yang penuh perasaan cemburu dan gelora terhadap permasalahan umat, membawa ruh-ruh yang bercita-cita mulia, cita-cita itu sentiasa muncul dan bergerak, mengadaptasikan akhlak mulia dalam medan realiti, memiliki tujuan-tujuan yang suci dan kita terus bergerak hingga sampai kepada-Nya. Subhanallah, kini semakin sedar dan fahamlah kita bahawa besarnya amanah untuk umat Islam, iaitu menjaga risalah Allah di muka bumi ini, memiliki martabat ustadziyah alam di dunia, menyebarluaskan dakwah & tarbiah kepada semua masyarakat.

Saudaraku sefikrah,

Tak ada yang tidak berubah dalam hidup ini. Tak ada kondisi yang tetap. Bumi ini berputar, alam bergerak, manusia, haiwan, dan tumbuhan semuanya hidup. Perubahan merupakan sunnatullah yang tidak akan pernah berubah. Keadaan suatu bangsa juga pasti mengalami perubahan. Peta kejayaan dan kekalahan suatu umat pasti bergilir, seperti silih bergantinya malam, seperti perputaran roda. Itulah konsep perubahan yang tunduk pada sunatullah. Ada dua unsur terpenting dari perubahan menurut Al-Bukhturi: Hati yang berkilau dan semangat yang bergelora. Ia menyebutnya dalam ungkapan, "nafsun tadhiwa himmah tatawaqqad" (Diwan al Bukhturi 1/269).

Hati yang berkilau adalah kiasan dari niat yang bersih dari beban noda dan kotoran. Niat yang bersih dari hawa nafsu, ambisi dan kepentingan pribadi, apapun bentuknya. Itulah yang menjadi prinsip dan pegangan Umar bin Abdul Aziz -khalifatul mu’minin yang dijuluki khulafa ur rasyidin kelima. Hisyam bin Abdul Malik menggambarkan hal itu dalam ungkapannya, "Aku tak mendapati Umar melangkah, satu langkah sekalipun, kecuali Umar telah meneguhkan niatnya." (Sirah Umar, Ibnu Abdil Hakam, 30/29) Kuat dan lurusnya niat Umar lah yang menjadikannya berhasil dalam waktu lebih sedikit dari dua tahun, melakukan perbaikan besar yang menyeluruh ke semua wilayah Islam. Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang amat kita rindu dan dambakan itu, memang pernah mengatakan niat dan tekadnya saat ia menggantikan posisi khalifah yang sebelumnya dipegang oleh Sulaiman bin Abdul Malik. Ketika itu Umar mengatakan, "Aku akan duduk di sebuah tempat yang tak kuberikan sedikitpun tempat untuk syaitan." (Sirah Umar, Ibnu Abdil Hakam). Itulah niat dan tekad Umar. Bersih, tulus dan kokoh. Itulah jiwa yang berkilau.

Niat yang bersih juga menjadi indikator prestasi dan kualitas amal yang dilakukan pemiliknya. Abdullah bin Mubarak menyebutkan "Berapa banyak amal yang kecil tapi dibesarkan oleh niat, berapa banyak amal yang banyak namun dikecilkan karena niat…." Juga ungkapan tokoh Tabi’in Mutharrif bin Jalil Abdullah, "Baiknya amal tergantung baiknya hati. Baiknya hati tergantung dengan baiknya niat. Siapa yang niatnya baik maka ia akan baik, dan siapa yang niatnya bercampur dan kotor, maka ia menjadi kotor dan bercampur."

Mari bersama, tanamkan keyakinan bahwa niat dan kebersihan hati ini harusnya kita letakkan pada tempat paling tinggi yang paling kita perhatikan. Jangan sampai, berbagai aktivitas lain menjadikan kita lupa dari memelihara niat dan kesucian hati. Inilah yang disinggung oleh Mushthofa Shadiq ar Rafi’i, "Kesalahan terbesar adalah bila engkau berusaha meluruskan dan membenahi kehidupan yang ada di sekitarmu, tapi engkau meninggalkan kekacauan dalam hatimu." (Wahyul Qalam, 2/44)

Syarat perubahan yang kedua, adalah himmah tatawaqqadu, semangat yang tinggi. Niat yang bersih akan menjadi kekuatan dahsyat bila bersanding dengan ketinggian dan kekuatan semangat. Menurut Ibnul Qoyyim, hati itu seperti burung, bila terbang meninggi maka ia akan jauh dari bahaya, tapi bila ia semakin dekat ke bumi, ia semakin terancam oleh bahaya," (Al-Jawabul Kafi, 80, Ibnul Qoyyim).

Kekuatan burung untuk terbang lebih tinggi harus didukung dengan kekuatan niat dan semangat. Ini dapat member gambaran bahawa setiap kali jiwa seseorang meninggi semangatnya maka hati pun akan bersih dari berbagai kontaminasi dan selalu sibuk dengan urusan yang besar. Sekaligus semangat itu pula yang akan menjadikan hati terpelihara dari penyakit dan panah syaithan.

Saudaraku sefikrah
Semangat dan obsesi yang tinggi ini yang menjadikan seorang salafussalih di hadapan murid-muridnya mengatakan, "Demi Allah aku tidak menyukai kehidupan dunia untuk mencari uang atau untuk berdagang, tapi untuk dzikir kepada Allah dan membacakan kepada kalian hadits Rasulullah." (Tarikh Baghdad, 1/352). Ini pula yang menjadikan Hasan Al Banna mendefinisikan pejuang Islam adalah orang yang "Memberikan seluruh hartanya, seluruh darahnya, seluruh jiwanya, di jalan akidahnya yang ia yakini kebenarannya dan ia lakukan hidup untuknya." (Mudazkkiratu dakwah wa da’iyah, 233).

Tak ada jiwa yang tak disibukkan dengan perkara besar, kecuali ia akan disibukkan oleh perkara kecil. Tak ada jiwa yang tidak disibukkan dengan kebaikan, kecuali ia pasti disibukkan dengan keburukan. "Jiwa itu selalu cenderung pada yang enak dan santai. Tidak berselera kepada sesuatu yang tidak disukai dan berat. Maka angkatlah jiwamu sejauh engkau bisa mengangkatnya ke tempat yang tinggi," begitu pesan Muhammad Ahmad Rasyid dalam ar-Raqaiq.

Begitulah indah dan idealnya kekuatan iman. Tapi ingat, semangat yang tinggi, mempersembahkan hidup untuk urusan urusan besar, berjuang untuk kepentingan akhirat, bukan bererti tak menapakkan kaki di bumi. Bukan bererti menolak segala kebutuhan sarana dan prasarana hidup. Sebab justru bekal ketinggian semangat untuk mengarungi perjuangan panjang, harus juga ditopang dengan perbekalan hidup yang cukup.

Saudaraku sefikrah,
Jiwa ini perlu tantangan dan perlu bimbingan. Dalam suasana ada tentangan dan bimbingan yang memunculkan mujahadah atau upaya keraslah akan muncul kualitas iman yang baik. Sayyid Quthb, pejuang da’wah Islam yang syahid di tiang gantung mengerti sekali tentang hal ini. Katanya, "Hakikat iman tidak akan terbukti kesempurnaannya dalam hati seseorang sampai ia menghadapi benturan dengan upaya orang lain -yang berlawanan dengan imannya. Karena di sinilah, seseorang akan melakukan mujahadah sebagaimana orang lain melakukan mujahadah kepadanya untuk menghalanginya dari keimanan. Di sinilah cakrawala iman akan tersingkap dan terbuka. Keterbukaan yang tidak pernah terjadi pada jiwa orang yang merasakan iman secara datar. (Sayyid Quthb, Haadza diin, 10).

Sampai disini saja warqah pada kali ini.semoga ia menjadikan hati kita lebih yakin berada di atas jalan da’wah ini.Masa sangat cemburu pada kita .Jelaskan visi dan misi kita dlm rangka utk berubudiyah kpd Allah.ilal liqa’.wahallahua’lam.semoga menjadi mujahid sejati insyaAllah

Daripada teman sefikrahmu

~(serikandi_syawal21)~

Seorang Pemimpin rom yang telah tewas kepada tentera Islam telah berkata tentang sifat2 pejuang Islam:


إنهم يقومون الليل ويصومون النهار ويوفون بالعهد ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويتناصفون بينهم.


“Sesungguhnya mereka bangun malam untuk berqiamullail, berpuasa pada siang hari, menunaikan janji2 mereka, mengajak kepada kebaikan, mencegah kepada kemungkaran dan saling nasihat menasihati sesame mereka.”

Tiada ulasan:

Catat Ulasan